Kisah Di Balik Pesparawi Maluku Utara 2025

Kisah Di Balik Pesparawi Maluku Utara 2025

Sofifi - Gerimis malam Minggu di halaman Kantor Wilayah Agama Maluku Utara (14/9) itu tak mampu memadamkan semangat ribuan orang yang memadati arena utama Sofifi. Lampu-lampu panggung berkilau, musik Yangere menggema, dan langkah-langkah kaki beriring dalam lingkaran kebersamaan.

Di tengah kerumunan, Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda berdiri, lalu ikut menari bersama peserta. Senyum merekah, kamera ponsel berkilat, dan sorak-sorai menggema: Pesparawi 2025 resmi berakhir dengan penuh sukacita.

 

Lebih Dari Sekedar Lomba

Selama tiga hari, Eksebisi Pesparawi dan Musik Yangere Maluku Utara 2025 mempertemukan 366 peserta dari tujuh kabupaten/kota. Bukan hanya adu suara, melainkan ajang iman dan budaya yang merangkul persaudaraan.

 
Setiap paduan suara, solo, hingga kelompok musik Yangere menampilkan persembahan terbaik mereka. Tak hanya indah di telinga, tetapi juga sarat pesan kebersamaan.
 
“Pesparawi ini bukan sekadar lomba. Ini adalah cara kita memuji Tuhan melalui talenta yang dititipkan, sekaligus mempererat persaudaraan dalam bingkai Moloku Kie Raha dan Bhinneka Tunggal Ika,” kata Gubernur Sherly dalam sambutannya.
 
 
Halmahera Barat Juara Umum
 
Tibalah pada momen yang ditunggu yakni  pengumuman juara yang disampaikan Ketua Dewan Juri Untung P. Siahaan membacakan hasil penilaian. Dimana, nama Kabupaten Halmahera Barat disebut sebagai Juara I dengan 88 poin, disusul Halmahera Utara (84 poin) dan Halmahera Timur (82,5 poin). Sorak gembira pecah, meski kabupaten lain harus puas di posisi harapan.
 
Namun yang menarik, tidak ada keluhan, tidak ada protes. Semua menerima hasil dengan lapang dada. Gubernur pun memberi apresiasi:
 
“Saya tidak mendengar suara sumbang di belakang. Ini bukti penilaian adil dan semua menerima dengan baik,” ujarnya sambil berterima kasih kepada dewan juri, pelatih, hingga peserta.
 
 
Gerimis Yang Membawa Kebahagiaan
 
Malam itu hujan turun. Namun, bukannya bubar, justru semakin meriah. Musik Yangere dimainkan, peserta dan masyarakat bergandengan tangan, menari melingkar bersama gubernur.
 
Anak-anak tersenyum lepas, remaja bersorak, orang tua menari mengikuti irama. Bahkan banyak yang berebut untuk berswafoto dengan gubernur, menjadikan suasana penuh kehangatan jadi momen istimewa.
 
Bagi banyak orang, inilah momen yang membuktikan bahwa Pesparawi lebih dari sekadar perlombaan. Ia adalah perayaan iman, budaya, dan persaudaraan.
 
 
Menuju Panggung Nasional
 
Di balik suka cita, ada tanggung jawab besar menanti. Maluku Utara akan tampil di Pesparawi Nasional XIV Manokwari 2026. Ada ontingen yang akan berangkat antara lain:
 
Halmahera Utara; Paduan suara dewasa campuran, pria, wanita, solo putri, solo anak (115 orang).
 
Halmahera Barat; Paduan suara pria, paduan suara anak, musik pokok gerejawi (94 orang).
 
Pulau Morotai; Vocal Group (11 orang).
 
Halmahera Timur; Solo anak dan solo pemuda.
 
Sementara itu, untuk enam kabupaten/kota lainnya akan mempersembahkan kategori Musik Yangere.
 
Ketua LPPD Maluku Utara, Naly Thomas, menegaskan pentingnya latihan lanjutan. Bahkan direncanakan eksebisi tahap dua secara daring sebagai evaluasi sebelum berangkat ke Manokwari.
 
 
Harapan Untuk Masa Depan
 
Selain merayakan prestasi, Gubernur Sherly juga menitipkan pesan penting: perbaikan kualitas teknis. “Dalam kegiatan seperti ini, peralatan seperti sound system harus dipersiapkan maksimal, agar kualitas penampilan peserta benar-benar tersampaikan,” tegasnya.
 
Pesan itu bukan sekadar kritik, melainkan dorongan agar Maluku Utara tampil prima di tingkat nasional.
 
 
Penutup Dengan Penuh Makna
 
Acara ditutup dengan penekanan sirine oleh Gubernur Sherly Tjoanda, diikuti penyerahan piala bergilir kepada Halmahera Barat. Malam semakin hangat dengan persembahan lagu solo dari remaja putri Maluku Utara, menandai berakhirnya Pesparawi 2025 dengan nuansa syukur.
 
Panitia juga menetapkan bahwa Halmahera Tengah akan menjadi tuan rumah Pesparawi 2026, membawa harapan baru untuk perhelatan berikutnya.
 
Di Sofifi, malam gerimis itu meninggalkan pesan yang tak terlupakan: nyanyian bisa menjadi bahasa universal yang menyatukan perbedaan. Dan Pesparawi 2025 telah membuktikan, harmoni bukan sekadar nada, tetapi juga semangat kebersamaan. (Ms)

©Diskominfosan

Berita Lainnya

Agenda

  • 30
    Jun-2025

    Coaching Clinic Pemutahiran Data

    - Ruang Rapat Kantor Dinas Kominfosan
  • 11
    Sep-2025

    Kunjungan BPK RI dan Irjen Kemenpanrb, Diskusi Atas Penyelenggaraan SP4N LAPOR

    10.00 Wita - Kantor Dinas Kominfosan

Ruang Multimedia